Jones Lang LaSalle (Jll) menyatakan bahwa rumah tapak terus menjadi pilihan utama di industri properti Indonesia. Permintaan untuk rumah tapak sangat tinggi, kata Yunus Karim, direktur penelitian JLL.
Yunus menjelaskan bahwa insentif pemerintah berupa keringanan PPN adalah faktor utama yang meningkatkan permintaan rumah tapak, yang mendorong pengembang untuk menjual unit mereka.
Pemerintah juga aktif memberikan insentif keringanan PPN, seperti yang kita lihat kemarin pada November 2023. Menurutnya, banyak pasokan yang masuk ketika keringanan pajak ini diluncurkan, seperti yang terlihat saat melakukan studi semester kedua tahun 2023.
Menurut Yunus, penjualan rumah tapak masih kuat di banyak tempat, terutama di Bogor dan Tangerang, dan persediaan dan permintaan rumah tapak akan seimbang pada 10.000 unit pada tahun 2023.
Menurutnya, “Unit harga menunjukkan bahwa harga di bawah Rp 2 miliar total 80%. Keterjangkauan menjadi kunci yang tentunya menyasar pasar milenial, jadi menyesuaikan pasar saat ini.”
Ia terus berkembang, para pengembang secara aktif membangun klaster-klaster baru. Bahkan kota-kota yang sebelumnya lebih sepi ikut bergabung dengan memperkenalkan klaster-klaster baru.
Ketika calon pembeli mempertimbangkan untuk membeli unit rumah tapak, hal-hal seperti fasilitas komersial yang mendukung, reputasi pengembang, dan aksesibilitas jalan tol dan transportasi umum yang baik sangat penting.
Tangerang dan Bogor adalah dua kota baru yang secara resmi diresmikan. Pengembang asing juga sering bekerja sama dengan pengembang lokal untuk membuat usaha patungan. Di Tangerang, beberapa proyek telah dimulai, dan di Bekasi dan Bogor akan ada lebih banyak lagi.
Dia menyimpulkan, “Sektor rumah tapak ini akan terus mendapat respons positif dari pasar ke depannya, dan kita lihat developer asing cukup aktif beberapa tahun terakhir menaruh minat mereka ke sektor rumah tapak ini.”